Siapakah yang tidak mengenal sosok Guru Bangsa yang satu ini?? iya .. beliau adalah Abdurrahman Wahid atau yang biasa dikenal dengan nama "Gus Dur". Gus dur merupakan Presiden Indonesia Ke 4 yang banyak dikagumi orang, baik dari Indonesia maupun seluruh Dunia. tak hanya dari kewibawaannya, namun sikap toleransi dan rendah hatinya yang sangat mengayomi seluruh lapisan masyarakat. Selain sosoknya yang religius dan "Nasionalis Sejati" , sosok beliau juga terkenal sangat humoris.
Nah..kali ini penulis ingin memberikan kembali "geguyonan" yang pernah diberikan oleh beliau. berikut adalah Beberapa geguyonan yang pernah membuat kita terpingkal-pingkal
1. TAROWEH DISKON
PADA masa kekuasaan Presiden
Habibie, Gus Dur pernah mampir ke rumah Pak Harto di Cendana. Gus Dur mengajak
seorang yang disebut dengan “kiai kampung” dari Metro, Lampung Tengah.
Waktu itu bulan puasa.Setelah
berbuka dan omong-omong seperlunya, Pak Harto nyeletuk, “Gus Dur dan Pak Kiai
ini bakal sampai malam kan di sini?”“O tidak,” jawab Gus Dur. “Saya harus
segera pergi, karena ada janji dengan Gus Joyo, adik Sri Sultan Hamengkubuwono
X. Tapi Pak Kiai ini biar tinggal di sini. Maksudnya buat ngimami (menjadi
imam) salat taraweh, kan?”Pak Harto manggut-manggut.
“Tapi,” lanjut Gus Dur, “Sebelumnya perlu ada klarifikasi
dulu?”
“Klarifikasi apa?” tanya Pak Harto.
“Harus jelas dulu, Tarawihnya mau pakai gaya NU? Kalau NU
lama bagaimana, kalau NU baru bagaimana?” tanya Pak Harto makin heran.
“Loh apa ada macam-macam gaya NU? Kalau gaya NU lama,
tarawihnya 23 rakaat. Gaya NU baru, diskon 60 persen (11 rakaat)!”
Pak Harto cuma ketawa, karena tidak terlalu paham. Dan Pak
Kiai nyeletuk, “Iya, deh. Diskon 60 persen pun nggak apa-apa,”
Harap diketahui, “Tarawih diskon”
menjadi 11 rakaat itu adalah gaya Muhammadiyah.Keluarga Pak Harto sendiri
disebut orang “Hidup dengan cara Muhammadiyah, mati dengan cara NU”. Sebab, Pak
Harto pernah mengaku bahwa dia semasa sekolah di Yogyakarta belajar di SMP
Muhammadiyah (jadi “berakidah” Muhammadiyah). Tapi ketika Bu Tien meninggal,
rumahnya di Cendana sibuk dengan macam-macam tahlilan (tiga hari, tujuh hari,
40 hari, 100 hari dan seterusnya), yang merupakan trade mark NU.
Jadi kalau Gus Dur menawarkan
“Tarawih diskon” 11 rakaat itu, Pak Harto dengan senang hati menerima saja. Itu
artinya kembali ke “khittah”.
2. KEPUTUSAN RAPAT
Saat masih berada di bangku
sekolah, Gus Dur memang terkenal sebagai anak yang usil bin jail.Pernah suatu
kali dia berusaha mengerjai guru Bahasa Inggrisnya, dengan seember air, yang
digantung di pintu kamar mandi di sekolahnya. Karuan saja, saat sang guru
hendak membuka pintu, “Byuur!” basah kuyuplah sang guru asal Batak tersebut.Namun
ketika sang guru bertanya, “Siapa yang punya ide untuk menaruh ember itu di
situ?”Sambil menahan tawa Gus Dur menjawab, “Awalnya memang saya yang punya ide
Bu. Tetapi kemudian sudah menjadi keputusan rapat.”
3. TAK JAWAB SMS, KARENA TULISANNYA JELEK
Suatu ketika Gus Dur
membagi-bagikan handphone kepada sejumlah kiai NU. Tentu saja para kiai ini
agak kikuk dengan teknologi telepon genggam itu.Karena merasa sejumlah kiai
koleganya sudah mendapatkan handphone, Gus Dur pun dengan mudah menghubungi
mereka lewat telepon genggam tersebut.
Pada satu kesempatan, Gus Dur
meminta kepada asistennya untuk mengirimkan SMS ke salah seorang kiai. Namun,
lama ditunggu, jawaban dari sang kiai tak kunjung didapat. Alhasil Gus Dur pun
menelepon sang kiai.
“Pak kiai, kalau ada SMS dari umat mbok ya dijawab,” kata
Gus Dur.Lantas dengan polosnya sang kiai menjawab, “Waduh Gus, saya nggak nulis
di handphone ini, soalnya tulisan saya jelek.”
4. CERITA GUS DUR SOAL NAIK KERETA
Setelah mendapat larangan dari dokternya untuk tidak melakukan
perjalanan jauh dengan menggunakan pesawat terbang, Gus Dur kemudian nekat
untuk berpergian jauh menggunakan kereta api.
“Anda mau pergi naik kerata api Gus? Memangnya Anda pikir
bisa sampai tepat waktu dengan naik kereta api?” ledek si dokter.
“Anda jangan meremehkan, kereta itu cepet banget loh!” jawab
mantan Presiden RI ke-4 itu.
“Kereta api mana yang bisa menandingi kecepatan pesawat
terbang?” tanya dokter.
“Oho.. Anda jangan salah. Semua kereta api bisa lebih cepat
dari pesawat,” kilah pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 ini.
“Anda mimpi kali. Semua orang juga tahu kalau pesawat itu
jelas lebih cepat dibandingkan kereta api,” cecar sang dokter.
“Wah, Anda salah. Memang sekarang ini pesawat lebih cepat.
Tapi itu karena kereta api baru bisa merangkak. Coba kalau kereta api nanti
sudah bisa berdiri dan bisa lari. Wuiih.. pasti bakalan jauh lebih cepat dari
pesawat,” jawab Gus Dur, disambut wajah kecut sang dokter
5. PENGALAMAN GUS DUR NAIK HAJI
Gus Dur seperti tidak pernah
kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia, ada
kejadian menarik di masa pemerintah Orde Baru.Suatu kali Presiden Soeharto
berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pegi seorang persiden, tentu
sejumlah menteri harus ikut mendampingi. Salah satunya “peminta pertunjuk” yang
paling rajin, Menteri Penerangan Harmoko.Setelah melewati beberapa ritual haji,
rombongan Soeharto pun melaksanakan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan
dengan cara melempar batu ke sebuah tiang mirip patung. Di sini lah muncul
masalah, terutama bagi Harmoko.
Beberapa kali batu yang
dilemparkannya selau berbalik menghantam jidatnya. “Wah kenapa jadi begini ya?”
cerita Gus Dus menuturkan pernyataan Harmoko yang saat itu tampak gemetar
karena takut.
Lalu Harmoko pindah posisi.
Hasilnya sama saja, batu yang dilemparnya seperti ada yang melempar balik ke
arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama, Harmoko pun
menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari-cari posisi presiden untuk “minta
petunjuk”. Setelah ketemu, lalu dengan lega ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak
Presiden.
Namun, sebelum sampai di hadapan
Soeharto, ia turut mendengar bisikan “Hai manuia, sesama setan jangan saling
lempar.”
6.PENDETA POHON
Siapakah orang yang paling
dikagumi Gus Dur? Itulah pertanyaan Jaya Suprana pada kesempatan dalam talk
show di TPI (Sekarang MNC TV) beberapa waktu silam.
Untuk kawasan Asia ini, jawab Gus Dur, ada dua orang yang
dianggap sebagai orang yang dianggapnya sebagai guru yang sangat dihormatinya.
Satu adalah Kim Dae Jung dari Korea Selatan, dan satu lagi Sulaksiwaraksa dari
Thailand.
“Kenapa Gus Dur menganggap Sulak itu guru?” tanya Jaya.
“Karena dia itu pernah dua kali mau dihukum mati karena
dianggap menghina Raja,” jawab Gus Dur. “Padahal dia itu pernah mencoba
menyelamatkan hutan.”
Menurut Gus Dur, hukum di Thailand menetapkan bahwa seorang
pendeta Budha tidak diperbolehkan mencampuri urusan negara. Nah, Sulaksiwaraksa
itu dianggap melanggar hukum, lalu dijatuhi hukuman penjara, meskipun bukan
hukuman mati.
Lalu apa dosa Biksu Sulaksiwaraksa itu sebenarnya?
“Dia melakukan aksi membungkus pohon dengan sarung layaknya
pendeta Budha. Lalu pohon itu dilantiknya menjadi biksu.
BERSAMBUNG................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar